SEMARANG - Siapa pembunuh Tjia Sio Hong (56), istri General Manager (GM) pabrik kecap PT Suka Sari, Budiyanto (59), belum ada titik terang. Namun, aparat Polrestabes Semarang terus berupaya mengungkapnya, salah satunya lewat identifikasi beberapa helai rambut dan sidik jari yang ditemukan tak jauh dari tubuh korban.
Korban lebih akrab dipanggil Cik Hong di toko kelontong Pangestu di Jalan Moch Suyudi nomor 1, Batan Miroto RT 02 RW 07, Semarang Tengah. Toko itu sehari-hari digunakan sebagai tempat tinggal bersama suami dan anak keduanya, Edwin.
Kasat Reskrim Polrestabes Semarang, AKBP Harryo Sugihhartono mengatakan, temuan beberapa helai rambut itu dapat membantu pihaknya dalam mengusut kasus tersebut. Sebab, dari hasil identifikasi sementara pihaknya tidak menemukan kemiripan antara rambut temuan dan rambut korban. “Kami curiga kalau beberapa helai rambut itu milik pelaku,” ungkapanya, Kamis (9/5).
Untuk lebih menyakinkan itu rambut pelaku, polisi melakukan identifikasi secara mendalam agar tidak salah sasaran. “Rambut dan sidik jari yang menempel di tubuh maupun di sekitar lokasi masih kami pelajari dan dipelajari. Minimnya saksi dalam insiden itu salah satu kendala untuk mengusut kasus ini,” katanya.
Apalagi saat kejadian, anak korban, Edwin, sedang di luar rumah. Untuk sementara, menurut dia, polisi menyimpulkan bahwa pembunuhan itu diduga bermotif perampokan. Sebab, tidak ada barang yang hilang. “Melihat kondisi dan situasi di lokasi kejadian, ini seperti modus pelaku perampokan saat beraksi,” katanya.
Ruang kamar dan lemari pakaian korban acak-acakan. Diduga pelaku mencari barang berharga korban yang disimpan di tempat itu. Dari hasil pengusutan, pelaku kabur lewat pintu samping rumah korban.
Harryo menambahkan, selain mengidentifikasi pelaku lewat temuan rambut dan sidik jari, pihaknya juga melacak pelaku melalui jaringan pelaku kejahatan lainnya yang telah tertangkap. Dimungkinkan informasi diperoleh melalui pelaku kejahatan yang sama. “Kami akan mengurai dan merunutkan. Siapa tahu dengan cara itu pelaku pembunuhan dapat diketahui,” katanya.
Insiden pembunuhan yang berlangsung Rabu (8/5) itu diketahui kali pertama oleh Budiyanto. Saat itu dia berada di kantornya di kompleks pergudangan/industri di Genuksari. Sekitar pukul 11.00 dia menelepon istrinya.
Lantaran telepon tidak diterima, dia pulang ke rumah pada pukul 13.00. Saat tiba, dia melihat pintu depan sudah terbuka, tidak seperti sebelumnya yang selalu terkunci. “Begitu masuk, saya langsung memanggil istri saya, tapi tidak ada jawaban,” katanya.
Temuan tak wajar kembali dijumpai Budiyanto. Dia melihat pintu kamar depan terbuka, namun dia tidak juga bertemu dengan istrinya. Itu membuat Budiono panik dan bergegas mencarinya di seluruh ruangan. “Setelah sampai dapur, saya temukan istri saya tergelatak dan tubuhnya berlumuran darah terutama di bagian kepala,” katanya.
Temuannya itu kemudian dilaporkan ke kepolisian. Tim Inafis Polrestabes Semarang dan Polsek Semarang Tengah tiba di lokasi dan melakukan olah kejadian perkara.
Dari tubuh korban ditemukan luka tusukan senjata tajam di bagian leher belakang. Jenazah korban kemudian dibawa ke RSUP Dr Kariadi untuk diautopsi.
Dari pengakuan Budiyanto, korban saat itu berada di rumah seorang diri. Korban mempunyai dua anak dan satu cucu. Anak pertamanya bernama Yovi tinggal di Jakarta. Sehari-hari, dia tinggal bersama suami dan anak keduanya, Edwin. (K44,H74-39)
No comments:
Post a Comment